Batita Cerdas Finansial - Hari 1
Bulan baru, tantangan baru!
Judulnya berat banget yaa. Kayanya harus ditempelin kata "menuju" nih. Tapi kok jadi kaya slogan kampanye gitu. Gini aja lah ya. Judul/nama kan doa. Mudah-mudahan Nabil (beserta emak bapaknya) cerdas finansial, aamiin.
Anyway sebetulnya yaa, kecerdasan finansial penting banget menurut saya. Ngga cuma buat anak, tapi lebih penting lagi untuk orang dewasa. Kami pernah punya masalah finansial karena sangat ngga cerdas dalam mengelola keuangan. Tagihan kartu kredit menggunung, investasi di sektor yang tidak tepat, and top of it, ketidakjujuran yang menghancurkan kepercayaan (duilee). Intinya, di usia menuju kepala 3 ini, kami baru sadar untuk lebih melek finansial. Ngga pengen mengulang kesalahan, mudah-mudahan bisa membersamai Nabil belajar kecerdasan finansial sejak dini.
Dari beberapa sumber, saya merangkum hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kecerdasan finansial pada anak:
1. Mengenalkan uang dan kegunaannya
Tanpa bermaksud materialistis, mengenalkan anak pada uang dan kegunaannya akan menjadi bekal untuknya. Bagi anak seusia Nabil (20mo), paling tidak saya harus mengenalkan wujud "uang" saat dia membongkar isi dompet saya. Uniknya, anak ini paham mana uang yang nilainya tinggi dan mana yang nilainya lebih rendah. Dia akan lebih memilih uang 50.000 atau 100.000 dibanding uang 5.000 yang saya sodorkan. Mungkin karena secara fisik warnanya lebih menarik dan kualitas kertas uangnya pun lebih bagus.
Pagi ini saya dan ayah mengajak Nabil ke pasar. Kami ingin memperlihatkan mekanisme transaksi jual-beli di pasar. Ibuk ngasih uang ke pembeli, pembeli ngasih telur/ikan/sayur ke ibuk. Sepanjang jalan sambil keliling-keliling pasar, saya bilang ke Nabil kalau uang itu untuk membeli kebutuhan: makanan, jajan, popok, susu, dan lain-lain. Makanya kalau dia bongkar dompet saya/ayahnya, dia harus lebih hati-hati memperlakukan uang.
2. Mengajarkan konsep kepemilikan
Konsep kepemilikan Nabil sudah mulai ia pahami ketika ia mampu membedakan mana bajunya, mana baju ayahnya, mana baju ibunya, juga baju teteh. Yang perlu dikembangkan dari konsep kepemilikan adalah agar ia ikut menjaga apa yang menjadi miliknya. Hal lain yang perlu ditanamkan adalah konsep berbagi dari apa yang ia miliki.
Dulu ibu saya selalu mengingatkan, ketika Nabil sudah bisa memegang makanan, saya memotek sebagian makanannya untuk diberikan kepada orang lain. Itu untuk mengajarkannya berbagi. Sekarang dia senang berbagi makanan dengan menyuapkan makanan langsung dari tangannya. Untuk berbagi mainan, misalnya dia punya dua mobil-mobilan, dia akan memberikan mobil yang lebih buluk ke orang lain, sedangkan mobil favoritnya tetap ia pegang. Wkwkwk.
3. Melatih anak menggunakan uang secara mandiri
Ketika anak sudah bisa berhitung sendiri, kita bisa memberikan anak untuk memilih dan membayar sendiri apa yang dibutuhkannya. Kalau anak TK sekarang biasanya mereka ada 1 hari khusus jalan-jalan bersama ke supermarket di mana mereka diberi kesempatan untuk membeli barang dan membayar sendiri.
Saya belum sampai pada tahap ini. Selama ini kalau dia diajak ke Indomaret, dia akan langsung menuju ke counter roti, ambil roti tawar, dan dikekepin sampai pulang. Hahaa ga boleh dibayar ciiin. Jadi kami bayar pakai barang lain dulu karena barang yg dibeli dikekep sama Nabil. Masih PR banget nih mengenalkan konsep jual-beli, mana yg sudah menjadi haknya dan mana yang belum.
4. Mengajari anak menabung
Idealnya, anak (dan kita) menabung bukan dari sisa-sisa uang, melainkan mengalokasikan uang tabungan dari apa yang kita miliki.
Mumpung waktunya pas, saya ingin mengajak Nabil menabung dengan membuatkan (uhuk atau membelikan) celengan yang menarik untuk dia gunakan. Rencananya, kami akan merutinkan menabung sekali sehari di setiap pagi hari. Mungkin agar ia lebih tertarik, saya dan ayah juga akan membuat celengan yang serupa untuk diisi setiap pagi secara bersama-sama.
5. Mengenalkan anak pada usaha mencari penghasilan
Untuk anak seusia Nabil, yang ayah ibunya cuma PNS yang duduk di belakang meja, mengenalkan konsep pekerjaan masih sebatas say goodbye ketika ayah dan ibunya berangkat kerja. Itupun masih diwarnai drama tak rela ditinggal hihii sedih yaa. Untuk anak berusia lebih dewasa (bukan bayi besar ala-ala Nabil Markubil), kita bisa mengajaknya untuk mencoba berjualan. SD zaman now sudah banyak mengenalkan kegiatan market day untuk mengenalkan konsep jual-beli dan kegiatan mencari penghasilan bagi anak.
6. Memberikan contoh gaya hidup tidak konsumtif
Salah satu hal yang bisa kita contohkan adalah saat mengajaknya ke supermarket, kita memberikan contoh bahwa kita membeli segala sesuatu dengan pertimbangan. Bukan asal memasukkan barang ke keranjang.
Nah ini, PR terbesar terutama buat ibuknya Nabil. Yang suka tenggelam dalam dunia online shopping, hinggap dari 1 akun IG ke akun IG lain, berburu barang-barang limited edition (halah), yang kadang cuma berakhir menuh-menuhin lemari. Well, bulan Januari kemarin saya berusaha "konmari" akun IG yang saya follow, terutama akun produsen/toko hijab dengan segala pernak-perniknya. Dari 1000 akun yang saya follow, saya berhasil membersihkan 200 akun. Ngapain aja cobak saya selama ini. Target saya bisa bersihin 100 akun lagi ahh.
Judulnya berat banget yaa. Kayanya harus ditempelin kata "menuju" nih. Tapi kok jadi kaya slogan kampanye gitu. Gini aja lah ya. Judul/nama kan doa. Mudah-mudahan Nabil (beserta emak bapaknya) cerdas finansial, aamiin.
Anyway sebetulnya yaa, kecerdasan finansial penting banget menurut saya. Ngga cuma buat anak, tapi lebih penting lagi untuk orang dewasa. Kami pernah punya masalah finansial karena sangat ngga cerdas dalam mengelola keuangan. Tagihan kartu kredit menggunung, investasi di sektor yang tidak tepat, and top of it, ketidakjujuran yang menghancurkan kepercayaan (duilee). Intinya, di usia menuju kepala 3 ini, kami baru sadar untuk lebih melek finansial. Ngga pengen mengulang kesalahan, mudah-mudahan bisa membersamai Nabil belajar kecerdasan finansial sejak dini.
Dari beberapa sumber, saya merangkum hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kecerdasan finansial pada anak:
1. Mengenalkan uang dan kegunaannya
Tanpa bermaksud materialistis, mengenalkan anak pada uang dan kegunaannya akan menjadi bekal untuknya. Bagi anak seusia Nabil (20mo), paling tidak saya harus mengenalkan wujud "uang" saat dia membongkar isi dompet saya. Uniknya, anak ini paham mana uang yang nilainya tinggi dan mana yang nilainya lebih rendah. Dia akan lebih memilih uang 50.000 atau 100.000 dibanding uang 5.000 yang saya sodorkan. Mungkin karena secara fisik warnanya lebih menarik dan kualitas kertas uangnya pun lebih bagus.
Pagi ini saya dan ayah mengajak Nabil ke pasar. Kami ingin memperlihatkan mekanisme transaksi jual-beli di pasar. Ibuk ngasih uang ke pembeli, pembeli ngasih telur/ikan/sayur ke ibuk. Sepanjang jalan sambil keliling-keliling pasar, saya bilang ke Nabil kalau uang itu untuk membeli kebutuhan: makanan, jajan, popok, susu, dan lain-lain. Makanya kalau dia bongkar dompet saya/ayahnya, dia harus lebih hati-hati memperlakukan uang.
2. Mengajarkan konsep kepemilikan
Konsep kepemilikan Nabil sudah mulai ia pahami ketika ia mampu membedakan mana bajunya, mana baju ayahnya, mana baju ibunya, juga baju teteh. Yang perlu dikembangkan dari konsep kepemilikan adalah agar ia ikut menjaga apa yang menjadi miliknya. Hal lain yang perlu ditanamkan adalah konsep berbagi dari apa yang ia miliki.
Dulu ibu saya selalu mengingatkan, ketika Nabil sudah bisa memegang makanan, saya memotek sebagian makanannya untuk diberikan kepada orang lain. Itu untuk mengajarkannya berbagi. Sekarang dia senang berbagi makanan dengan menyuapkan makanan langsung dari tangannya. Untuk berbagi mainan, misalnya dia punya dua mobil-mobilan, dia akan memberikan mobil yang lebih buluk ke orang lain, sedangkan mobil favoritnya tetap ia pegang. Wkwkwk.
3. Melatih anak menggunakan uang secara mandiri
Ketika anak sudah bisa berhitung sendiri, kita bisa memberikan anak untuk memilih dan membayar sendiri apa yang dibutuhkannya. Kalau anak TK sekarang biasanya mereka ada 1 hari khusus jalan-jalan bersama ke supermarket di mana mereka diberi kesempatan untuk membeli barang dan membayar sendiri.
Saya belum sampai pada tahap ini. Selama ini kalau dia diajak ke Indomaret, dia akan langsung menuju ke counter roti, ambil roti tawar, dan dikekepin sampai pulang. Hahaa ga boleh dibayar ciiin. Jadi kami bayar pakai barang lain dulu karena barang yg dibeli dikekep sama Nabil. Masih PR banget nih mengenalkan konsep jual-beli, mana yg sudah menjadi haknya dan mana yang belum.
4. Mengajari anak menabung
Idealnya, anak (dan kita) menabung bukan dari sisa-sisa uang, melainkan mengalokasikan uang tabungan dari apa yang kita miliki.
Mumpung waktunya pas, saya ingin mengajak Nabil menabung dengan membuatkan (uhuk atau membelikan) celengan yang menarik untuk dia gunakan. Rencananya, kami akan merutinkan menabung sekali sehari di setiap pagi hari. Mungkin agar ia lebih tertarik, saya dan ayah juga akan membuat celengan yang serupa untuk diisi setiap pagi secara bersama-sama.
5. Mengenalkan anak pada usaha mencari penghasilan
Untuk anak seusia Nabil, yang ayah ibunya cuma PNS yang duduk di belakang meja, mengenalkan konsep pekerjaan masih sebatas say goodbye ketika ayah dan ibunya berangkat kerja. Itupun masih diwarnai drama tak rela ditinggal hihii sedih yaa. Untuk anak berusia lebih dewasa (bukan bayi besar ala-ala Nabil Markubil), kita bisa mengajaknya untuk mencoba berjualan. SD zaman now sudah banyak mengenalkan kegiatan market day untuk mengenalkan konsep jual-beli dan kegiatan mencari penghasilan bagi anak.
6. Memberikan contoh gaya hidup tidak konsumtif
Salah satu hal yang bisa kita contohkan adalah saat mengajaknya ke supermarket, kita memberikan contoh bahwa kita membeli segala sesuatu dengan pertimbangan. Bukan asal memasukkan barang ke keranjang.
Nah ini, PR terbesar terutama buat ibuknya Nabil. Yang suka tenggelam dalam dunia online shopping, hinggap dari 1 akun IG ke akun IG lain, berburu barang-barang limited edition (halah), yang kadang cuma berakhir menuh-menuhin lemari. Well, bulan Januari kemarin saya berusaha "konmari" akun IG yang saya follow, terutama akun produsen/toko hijab dengan segala pernak-perniknya. Dari 1000 akun yang saya follow, saya berhasil membersihkan 200 akun. Ngapain aja cobak saya selama ini. Target saya bisa bersihin 100 akun lagi ahh.
Comments
Post a Comment