Menanti dan Menjalani dalam Koridor Iman

Ketika jamannya, saya adalah satu di antara sekian gadis single yang menanti jodoh dalam kegalauan. Hihii. Melihat rekan-rekan sepermainan sudah lebih dulu menggenapkan separuh agama, bahkan adik-adik kelas yang lebih muda sudah menimang-nimang anaknya, kayanya wajar dong yaa kalau saya (kita) galau.

Tapi nih girls, ternyata setelah menikah galaumu itu ngga akan hilang. Iya sih, udah ngga galau mikirin jodoh, tapi datanglah bermunculan galau-gqlau yang lainnya. Galau justru akan berlipat-lipat atau bahkan berpangkat-pangkat. Ha!

Setelah menikah, hidup kita bukan hanya "milik" kita saja, tetapi juga milik suami, mertua, dan terutama anak kita. Kalau dulu masa lajang weekend kita bisa bebas mau bangun-mandi-makan jam berapapun, setelah menikah akan ada banyak kompromi yang harus kita buat. Kompromi dengan partner kita, lebih-lebih kompromi dengan ego kita.

Jadi, girls, jangan berharap dengan menikah lalu semua jenis kegalauan akan terangkat dari pundak dan pikiranmu (saya sih dulu mikirnya gitu). Intinya, segerakan tapi jangan terburu-buru.

Kalau dibilang syarat menikah itu sekufu, sepertinya saya termasuk golongan yang sangat setuju dengan ini. Sekufu, termasuk dalam hal visi pernikahan, latar belakang keluarga, pendidikan, pemahaman, usia, dan masih banyak lagi. Tapi lain halnya jika dirimu adalah wanita tegar yang mampu menerima perbedaan-perbedaan dan menyikapinya sebagai bumbu pernikahan (unfortunately i'm not, at least not yet).

Tapi bagaimana kalau sudah kebelet banget pingin nikah, ikhtiyar sudah optimal, tapi jodoh belum juga datang? Bagaimana juga bila sudah "terlanjur" menikah tetapi belum menemukan pernikahan yang bahagia?

Maka Allaah berfirman dalam Q.S Al Baqarah: 216, yang artinya "... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Ahh. Bukankah kita ini hanya hamba yang menjalani takdir dari-Nya? Teruslah jaga prasangka agar selalu baik pada-Nya. Berharaplah hanya pada-Nya agar kita tidak kecewa pada sesama manusia.



[Maka tetaplah alirkan cinta kepada pasangan anda, anak-anak anda, jangan pernah berhenti, seberapapun menyakitkannya balasan yang anda terima. Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. "Maka bersungguh-sungguhlah dalam menjaga "amanah" yang sudah diberikan dengan sepenuh cinta untuk kita." 
Jangan pernah bandingkan diri anda/anak anda/keluarga anda dengan diri/anak/keluarga lain. Tapi bandingkanlah dengan diri/anak/keluarga anda sendiri. Apa perbedaan anda hari ini dengan perbedaan anda satu tahun yang lalu. Kuncinya bukan pada seberapa banyak harta yang kita miliki, melainkan seberapa *BERSUNGGUH-SUNGGUH* nya kita dalam menjalankan MISI HIDUP kita.]

나는 행복하게 살고싶다~


Comments

Popular posts from this blog

Kelas Finansial: Kesan Pertama

#NHW1: Belajar di Universitas Kehidupan

Bintang di antara Bintang - Hari 3