#NHW4: Mendidik dengan Kekuatan Fitrah

Bismillaah. Nice home work dari kelas matirkulasi Institut Ibu Profesional makin hari makin menantang hehe.

Kali ini di NHW4, kami diberi kesempatan untuk mereviu poin-poin dari NHW 1-3, apakah ada yang berubah, apakah sudah dijalankan, dan apa yang kira-kira dapat dikembangkan. Langsung saja yaa kita bahas satu per satu poin pertanyaan NHW4.

1. Apakah sampai hari ini saya tetap memilih jurusan ilmu pada NHW1? Ataukah ada perubahan?

Pada NHW 1, saya memilih untuk mempelajari ilmu sabar dan syukur, karena menurut saya ilmu ini adalah kunci kebahagiaan. Tanpa keduanya, rasa-rasanya manusia (saya) akan terus merasa dahaga dan tidak pernah merasa cukup. 
Tapi, berulang kali membaca NHW dan aliran rasa dari sesama peserta MIIP#3 Tangerang Selatan, saya jadi berpikir kembali mengenai ilmu yang ingin saya pelajari. Ilmu yang menurut saya paling sesuai dengan passion dan hobi saya adalah ilmu bahasa asing. Saya suka mempelajari bahasa asing dan latar budaya tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Sejauh ini, bahasa yang sudah lumayan akrab di telinga dan lidah saya adalah Indonesia, Jawa, Inggris, Sunda, dan Korea. Masih banyak bahasa asing yang ingin saya pelajari, paling tidak memahami kosa kata-kosa kata penting dan dapat secara aktif menggunakannya.

2. Sudahkah secara konsisten mengisi checklist harian yang disusun ada NHW2?
Jujur, belum. Euforia pengisian checklist hanya di awal setelah tugas NHW2 diberikan. Tapi semakin ke sini semakin berat rasanya untuk mengisi checklist tersebut. Untuk pelaksanaannya sendiri, target sebagai istri dan ibu insyaaAllaah hampir selalu terpenuhi (yang paling susah adalah istighfar ketika anak karena fase GTM yang tidak kunjung selesai T.T) . Indikator yang paling sulit dipenuhi adalah..... jreng jreng indikator sebagai individu: skripsi, me time, dan olah raga.

3. Apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi? Apa bidang yang akan kita kuasai sehingga peran hidup kita akan semakin terlihat?
Lagi-lagi, kalau boleh jujur, saya masih belum 100% yakin dengan misi hidup saya. Setelah tanpa sengaja mengikuti tes kerpibadian MBTI  saya mendapati salah satu peran yang sesuai dengan tipe kepribadian saya yang ekstrovert-sensing-thinking-judging adalah menjadi manajer. Salah satu kelebihan saya adalah, kalau saya sudah meyakini kebenaran dari sebuah prinsip, maka saya akan konsisten pada prinsip tersebut dan "memaksa" orang lain agar memiliki pemahaman yang sama dengan saya. Maka, saya harus memiliki pemahaman yang benar agar mengajak orang-orang di sekitar saya ke jalan yang benar pula.
Jadi, kalau boleh saya simpulkan sementara, misi hidup saya adalah mengelola organisasi, baik level terkecil dan terpenting (keluarga) maupun level yang lebih besar pada ranah publik. Bidang yang ingin saya kuasai adalah manajemen, di mana peran saya adalah manajer keluarga (menyitir istilah Bunda Manajer Keluarga yang ditulis oleh Bunda Irawati Istadi).
4. Ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut?
Karena saya belum mempelajari secara khusus mengenai bidang manajemen, maka saya akan menyusun kurikulum berdasarkan buku Bunda Manajer Keluarga yang pernah saya baca 5 tahun silam. Ilmu manajemen yang dibutuhkan dalam mengatur keluarga menurut buku tersebut dibagi ke dalam 8 divisi: keuangan, personalia, pendidikan, domestik, properti, spriritual, pengembangan SDM, dan kehumasan. Maka, kalau saya ingin jadi manajer keluarga yang profesional (insyaaAllaah), saya harus menguasai kedelapan aspek rumah tangga tersebut,

5. Tetapkan milestone untuk memandu perjalanan menjalankan misi hidup!
Untuk memulai perjalanan belajar sepanjang hayat ini, saya harus membaca ulang buku Bunda Manajer Keluarga yang menjadi acuan saya dalam menetapkan kurikulum pelajaran saya. 
Saat ini, saya berada pada usia (hampir) 27 tahun, sudah hampir dua tahun menikah dan dikaruniai anak berusia 9 bulan.
Kedelapan aspek yang ada pada "operasional" rumah tangga menurut saya tidak harus dipelajari secara terpisah sehingga dapat dilakukan secara paralel. Namun demikian, saya coba menyusun kurikulum pelajaran yang sekiranya sesuai dengan kondisi saya, suami, dan anak sehingga lebih tepat dan mudah untuk diterapkan. Untuk lebih mudahnya, milestone saya susun berdasarkan usia saya dan usia anak.
27 yo & 1 yo : divisi personalia dan spiritual
29 yo & 3 yo : divisi keuangan dan spiritual
30 yo & 4 yo : divisi domestik dan spiritual
31 yo & 5 yo : divisi pendidikan dan spiritual
32 yo & 6 yo : divisi pengembangan SDM dan spiritual
33 yo & 7 yo : divisi properti dan spiritual
34 yo & 8 yo : divisi kehumasan dan spiritual

6. Apakah sudah memasukkan waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu di atas ke checklist profesionalisme?
Sementara belum, karena saya masih ingin fokus mengerjakan skripsi yang insyaaAllaah ditargetkan selesai pada bulan Juli. Pengerjaan skripsi sendiri sudah saya jadwalkan sebagai indikator profesionalisme sebagai individu. Setelah bulan Juli (tepat ketika saya berumur 27 tahun juga) baru akan memasukkan agenda belajar manajemen sesuai milestone yang saya susun di atas.

7. Lakukan, lakukan, lakukan.
Bismillaah. Semoga konsisten. Sesuai moto kita: keraslah pada diri sendiri, agar lingkungan menjadi lunak terhadap diri kita.

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Finansial: Kesan Pertama

#NHW1: Belajar di Universitas Kehidupan

Bintang di antara Bintang - Hari 3