#NHW5: Belajar Cara Belajar
NHW kali ini lain daripada biasanya. Bila sebelum-sebelumnya peserta MIIP seperti dituntun mengerjakan tugas melalui pertanyaan-pertanyaan spesifik, dalam NHW#5 peserta dipancing rasa ingin tahunya akan "apa itu design pembelajaran". Wikipedia menyatakan design pembelajaran sebagai praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.
Setelah lewat beberapa hari tapi masih buntu juga, akhirnya kami mendapat pencerahan dari fasilitator grup MIIP Batch3 Tangsel, Bunda Adit. Bunda Adit memberikan clue sebagai berikut:
Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Tidak cukup puas dengan hasil pada uji pertama, saya melakukan pengujian kedua melalui blog ini. Terdapat 15 pertanyaan dengan opsi jawaban A, B, dan C. Pilihan A menggambarkan tipe pembelajar visual, B auditori, dan C kinestetik. Bagaimana hasil uji saya? Dari 15 pertanyaan, 6 poin saya jawab dengan opsi A, 5 poin untuk opsi C, dan 4 poin untuk opsi B. Menurut saya yang awam, walaupun didominasi oleh opsi A, hasil uji ini cukup berimbang. Sejalan dengan hasil uji sebelumnya, tipe belajar saya didominasi oleh tipe visual.
Berikut adalah ciri-ciri pembelajar visual (yang menurut saya, saya banget!): berbicara dengan nada yang tinggi dan tempo yang cepat, berjalan dengan cepat seolah terburu-buru, lebih suka membaca daripada dibacakan, lebih mementingkan penampilan di saat berhadapan dengan orang lain, suka mencoret-coret tanpa arti di saat meeting ataupun telepon, sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya (terutama ke suamik nihh), konsentrasinya tidak mudah terganggu dengan suatu keributan, belajar dari melihat apa yang di contohkan, lebih suka mengoleksi buku, komik, dll (mengoleksi, bukan berarti membaca hehee), lebih mudah mengingat dari apa yang dilihat, tulisan tangannya baik (catatan saya sering dipinjam dan difotokopi teman sekelas #hidungkembangkempis). Jadi, pada intinya, tipe visual adalah tipe orang yang cenderung menerima informasi paling banyak dan paling efektif menggunakan indera penglihatan (visual).
Blog tersebut juga memberikan strategi belajar yang cocok bagi tipe visual:
1. Gunakanlah variasi warna dalam melakukan pencatatan, seperti memberi garis bawah atau membuat grafik (yup, i love to draw charts)
2. Mayoritas, tipe visual suka membaca. Namun buku bacaan yang banyak memiliki gambar ilustrasi dan warna yang menarik lebih mudah dipahami daripada buku bacaan yang penuh dengan teks.
3. Perhatikan penerangan saat belajar dan hindari "polusi visual" (contoh: handphone -.-)
4. Saat mengingat sesuatu, bayangkan dan buat tulisan yang memudahkan
5. Catat kembali bahan pelajaran dengan warna dan gambar yang menarik (idem nomor 1)
Dari dua tes tipe belajar yang saya lakukan, saya cenderung masuk ke tipe pembelajar visual. Dan saya setuju banget dengan hasil tes ini. Selama ini setiap kali ujian, saya terbiasa membuat semacam rangkuman atau mind map berisi poin-poin penting dari apa yang saya pelajari, dilengkapi dengan gambar/bagan, juga coretan dan highlight warna-warni pada bagian yang saya anggap penting. Tetapi, semenjak anak bayik mulai membutuhkan perhatian lebih, saya sangat kekurangan waktu untuk bisa membuat rangkuman materi. Jadi, pada UAS bulan Januari kemarin, saya benar-benar tidak sempat merangkum materi ujian. Saya hanya dapat berusaha meluangkan waktu dan pikiran untuk fokus membaca materi beberapa jam sebelum ujian.
Saya merasa idealnya saya memang harus membuat rangkuman untuk mempermudah saya mengingat ilmu yang dipelajari. Menambahkan aksen gambar dan highlight warna-warni menjadi penolong saya dalam memancing ingatan mengenai ilmu tersebut (ketahuan lagi kalau saya tipe penghafal). Tapi kalaupun saya kesulitan membuat rangkuman, saya tipe yang harus membaca materi dengan fokus dan materi tersebut sebaiknya dalam bentuk print-out (ini juga menjadi catatan atas kesulitan saya belajar materi MIIP, karena hanya membaca melalui layar handphone).
Merunut dari tipe belajar saya, strategi agar saya dapat belajar dengan baik salah satunya adalah dengan investasi printer :D Dengan ini, akses saya ke materi cetak menjadi lebih mudah. Buku / materi cetak juga lebih mudah, karena tidak perlu menyalakan laptop atau membaca melalui handphone. Membaca print-out sambil menyusui juga lebih mudah dan tidak terlalu menarik perhatian anak bayik :D
Setelah firm dengan cara belajar yang membuat saya nyaman, saya ingin menyusun design pembelajaran untuk anak saya yang berusia 9 bulan. Design pembelajaran ini akan saya jadikan sebagai arahan dan penyemangat untuk menemani proses belajar anak saya.
Metode pembelajaran untuk bayi tentunya berbeda dengan anak-anak, apalagi orang dewasa. Apa yang dipelajari pun berbeda dari tingkat usia lainnya. Saya masih mengacu pada pemenuhan milestone perkembangan bayi sesuai capaian usianya, baik dari aspek motorik kasar, motorik, halus, maupun kemampuan verbal.
Sembari mencari penjelasan mengenai "tour de talent", yang berdasarkan informasi di grup adalah pengenalan berbagai jenis profesi, saya berusaha mencari-cari cara memasukkan materi pembelajaran dan penanaman akhlak serta pembentukan karakter anak saya. Sejauh ini, penanaman akhlak dan pembentukan karakter kami (saya dan suami) sampaikan melalui media dongeng dan kisah sahabat. Kami rutin membacakan cerita sejak Nabil berada di dalam kandungan. Investasi yang kami butuhkan adalah buku-buku bacaan berbobot dan tentunya waktu yang perlu kami luangkan untuk membacakan dongeng tersebut. Seiring bertumbuhnya bayi kami menjadi semakin besar dan aktif, sulit rasanya bagi kami untuk membuatnya duduk tenang lebih dari 5 menit. Maka kami menyisipkan pesan-pesan sembari menemaninya bermain.
Setelah lewat beberapa hari tapi masih buntu juga, akhirnya kami mendapat pencerahan dari fasilitator grup MIIP Batch3 Tangsel, Bunda Adit. Bunda Adit memberikan clue sebagai berikut:
Nah, sebelum beranjak ke cara belajar saya selama ini, saya penasaran dengan tipe belajar apa sebenarnya saya ini. Berbekal mesin pencarian "gugel", saya menemukan sebuah laman yang menguji tipe belajar berdasarkan 35 pertanyaan. Dari jawaban-jawaban yang saya pilih, disimpulkan bahwa saya merupakan tipe belajar visual (Visual Learners). Tipe ini menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya."Coba tengok ke belakang, bagaimana cara bunda selama ini dalam menimba ilmu? Apakah bunda hanya mendengar saja, atau menulis, atau malahan keduanya? Apakah cara tersebut masih bunda pakai hingga sekarang? Apakah masih sesuai dengan kondisi bunda sekarang?"
Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Tidak cukup puas dengan hasil pada uji pertama, saya melakukan pengujian kedua melalui blog ini. Terdapat 15 pertanyaan dengan opsi jawaban A, B, dan C. Pilihan A menggambarkan tipe pembelajar visual, B auditori, dan C kinestetik. Bagaimana hasil uji saya? Dari 15 pertanyaan, 6 poin saya jawab dengan opsi A, 5 poin untuk opsi C, dan 4 poin untuk opsi B. Menurut saya yang awam, walaupun didominasi oleh opsi A, hasil uji ini cukup berimbang. Sejalan dengan hasil uji sebelumnya, tipe belajar saya didominasi oleh tipe visual.
Berikut adalah ciri-ciri pembelajar visual (yang menurut saya, saya banget!): berbicara dengan nada yang tinggi dan tempo yang cepat, berjalan dengan cepat seolah terburu-buru, lebih suka membaca daripada dibacakan, lebih mementingkan penampilan di saat berhadapan dengan orang lain, suka mencoret-coret tanpa arti di saat meeting ataupun telepon, sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya (terutama ke suamik nihh), konsentrasinya tidak mudah terganggu dengan suatu keributan, belajar dari melihat apa yang di contohkan, lebih suka mengoleksi buku, komik, dll (mengoleksi, bukan berarti membaca hehee), lebih mudah mengingat dari apa yang dilihat, tulisan tangannya baik (catatan saya sering dipinjam dan difotokopi teman sekelas #hidungkembangkempis). Jadi, pada intinya, tipe visual adalah tipe orang yang cenderung menerima informasi paling banyak dan paling efektif menggunakan indera penglihatan (visual).
Blog tersebut juga memberikan strategi belajar yang cocok bagi tipe visual:
1. Gunakanlah variasi warna dalam melakukan pencatatan, seperti memberi garis bawah atau membuat grafik (yup, i love to draw charts)
2. Mayoritas, tipe visual suka membaca. Namun buku bacaan yang banyak memiliki gambar ilustrasi dan warna yang menarik lebih mudah dipahami daripada buku bacaan yang penuh dengan teks.
3. Perhatikan penerangan saat belajar dan hindari "polusi visual" (contoh: handphone -.-)
4. Saat mengingat sesuatu, bayangkan dan buat tulisan yang memudahkan
5. Catat kembali bahan pelajaran dengan warna dan gambar yang menarik (idem nomor 1)
Dari dua tes tipe belajar yang saya lakukan, saya cenderung masuk ke tipe pembelajar visual. Dan saya setuju banget dengan hasil tes ini. Selama ini setiap kali ujian, saya terbiasa membuat semacam rangkuman atau mind map berisi poin-poin penting dari apa yang saya pelajari, dilengkapi dengan gambar/bagan, juga coretan dan highlight warna-warni pada bagian yang saya anggap penting. Tetapi, semenjak anak bayik mulai membutuhkan perhatian lebih, saya sangat kekurangan waktu untuk bisa membuat rangkuman materi. Jadi, pada UAS bulan Januari kemarin, saya benar-benar tidak sempat merangkum materi ujian. Saya hanya dapat berusaha meluangkan waktu dan pikiran untuk fokus membaca materi beberapa jam sebelum ujian.
Saya merasa idealnya saya memang harus membuat rangkuman untuk mempermudah saya mengingat ilmu yang dipelajari. Menambahkan aksen gambar dan highlight warna-warni menjadi penolong saya dalam memancing ingatan mengenai ilmu tersebut (ketahuan lagi kalau saya tipe penghafal). Tapi kalaupun saya kesulitan membuat rangkuman, saya tipe yang harus membaca materi dengan fokus dan materi tersebut sebaiknya dalam bentuk print-out (ini juga menjadi catatan atas kesulitan saya belajar materi MIIP, karena hanya membaca melalui layar handphone).
Merunut dari tipe belajar saya, strategi agar saya dapat belajar dengan baik salah satunya adalah dengan investasi printer :D Dengan ini, akses saya ke materi cetak menjadi lebih mudah. Buku / materi cetak juga lebih mudah, karena tidak perlu menyalakan laptop atau membaca melalui handphone. Membaca print-out sambil menyusui juga lebih mudah dan tidak terlalu menarik perhatian anak bayik :D
Setelah firm dengan cara belajar yang membuat saya nyaman, saya ingin menyusun design pembelajaran untuk anak saya yang berusia 9 bulan. Design pembelajaran ini akan saya jadikan sebagai arahan dan penyemangat untuk menemani proses belajar anak saya.
Metode pembelajaran untuk bayi tentunya berbeda dengan anak-anak, apalagi orang dewasa. Apa yang dipelajari pun berbeda dari tingkat usia lainnya. Saya masih mengacu pada pemenuhan milestone perkembangan bayi sesuai capaian usianya, baik dari aspek motorik kasar, motorik, halus, maupun kemampuan verbal.
Sembari mencari penjelasan mengenai "tour de talent", yang berdasarkan informasi di grup adalah pengenalan berbagai jenis profesi, saya berusaha mencari-cari cara memasukkan materi pembelajaran dan penanaman akhlak serta pembentukan karakter anak saya. Sejauh ini, penanaman akhlak dan pembentukan karakter kami (saya dan suami) sampaikan melalui media dongeng dan kisah sahabat. Kami rutin membacakan cerita sejak Nabil berada di dalam kandungan. Investasi yang kami butuhkan adalah buku-buku bacaan berbobot dan tentunya waktu yang perlu kami luangkan untuk membacakan dongeng tersebut. Seiring bertumbuhnya bayi kami menjadi semakin besar dan aktif, sulit rasanya bagi kami untuk membuatnya duduk tenang lebih dari 5 menit. Maka kami menyisipkan pesan-pesan sembari menemaninya bermain.
Comments
Post a Comment