Merawat Fitrah Belajar Anak
Bagaimana menjadi ibu yang taktis dan kreatif mendampingi anak belajar?
1. Harus mengenal karakteristik anak:
a. setiap anak terlahir sebagai pribadi pembelajar: belajar melihat, belajar merangkak, dll mereka tidak pernah kapok dan menyerah belajar. Mereka suka mengeksplore sekitarnya dengan semua indra yang bisa digunakannya dan mencoba hal-hal baru di sekitarnya.
b. setiap anak suka bermain: bermain bola, berlari, bermain boneka. Bermain adalah wujud anak belajar.
c. rentang konsentrasi anak singkat (1 menit x usia)
d. fase golden age: perkembangan otak sangat pesat s.d. usia 3 tahun (75%) dan 8 tahun menjadi 90%
2. Tipe belajar anak:
a. Visual
Kekuatan:
1) lebih senang belajar dengan cara melihat (gambar, tabel, grafik, diagram, peta) dan peka terhadap warna-warna menarik.
2) Lebih senang mengekspresikan bahasa tubuh dan lebih mudah mengingat/belajar sandi.
3) Memiliki daya ingat tentang apa yang pernah dilihat.
4) Biasanya modis (matching color, mode) dan suka kalau dirinya terlihat rapi.
5) Suka memperhatikan gerakan tubuh atau ekspresi lawan bicaranya.
6) Lebih suka baca buku sendiri daripada dibacakan buku.
7) Mudah mengingat wajah orang walaupun lupa namanya, mudah mengingat tempat/arah
8) Kalau punya mainan, suka melihat manual book.
9) Sering membayangkan apa yang akan dilakukan dalam kepalanya.
10) Tidak mudah terganggu kebisingan, lebih panjang konsentrasinya
Kelemahan:
1) Susah memahami penjelasan tanpa gambar/bagan/diagram. Bantu ia merangkum catatatn menjadi menarik dilihat (gambar, warna, mindmap)
2) Terganggu konsentrasinya atas tampilan informan/buku/catatan yang kurang menarik.
b. Auditory
Kekuatan:
1) suka mendengarkan cerita, lagu, diskusi
2) lebih suka dibacakan cerita /dongeng, semakin intonasi kita naik turun dan variatif, dia semakin fokus
3) tidak mau membaca instruksi
4) kesulitan menangkap penjelasan dari gambar
5) suka bercerita, bernyanyi, berdiskusi
6) mengungkapkan perasaan melalui intonasi suara
7) mudah belajar bahasa asing melalui pendengaran
8) mengingat pembicaraan (janji2 orang tua wkwkwk)
9) belajar lebih baik bila orang tuanya mengulang-ulang pelajaran/bacaan Quran
10) mudah menghafalkan nama orang lain berdasarkan apa yang ia dengar
Kelemahan:
1) Tidak membaca dengan baik (umumnya membaca dengan pelan) -> dampingi /jadi sparing partner ketika menghafal di rumah
2) Susah mengingat apabila tidak melafalkan
3) Mudah terganggu keributan
4) Sulit membuat karangan -> bisa diminta bercerita verbal, kita rekam, lalu nanti ditulis hasil rekaman
c. Kinestetik
Kekuatan:
1) Lebih suka kegiatan fisik: olahraga, berlari, melompat, menari
2) Menyenangi sesuatu yang membuat tangannya aktif bergerak (sering menggerakkan pulpen, bermain lego)
3) Menyampaikan ekspresi melalui gerak tubuh (menendang, memukul)
4) Berkomunikasi sambil bergerak, menggunakan kalimat-kalimat real
5) Sangat aktif
6) Belajar sambil bergerak (berjalan, gerakan tangan dalam menghafal, menyentuh)
7) Senang eksplorasi di alam terbuka, aktivitas dan permainan fisik
8) Dapat mengikuti instruksi dengan baik
Kelemahan:
1) Cenderung sulit memahami bila tidak dipraktikkan
2) Membutuhkan alat bantu untuk memahami
3) Cenderung lemah dalam konsep teori
4) Cenderung mudah bosan dan frustasi bila belajar dalam kondisi duduk dalam waktu lama
5) Menggunakan jari telunjuk untuk menunjuk saat membaca
Perusak Fitrah Belajar Anak:
1. Fasilitator terlalu mengatur proses belajar anak sehingga daya kreativitas anak terhambat, atau fasilitator tidak mampu memfasilitasi
2. Fasilitator terlalu banyak menyuapi materi, anak dijejali dengan kesimpulan sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk eksplore kemampuan berpikirnya
3. Yang dipakai untuk memacu anak belajar adalah kompetisi (dibanding2kan) dan rasa takut (diancam)
4. Alat belajar (materi, buku) terlalu membosankan
Anak bukan penyambung obsesi kita. Anak yang tertekan oleh obsesi orang tua biasanya memiliki titik balik: bosan atau bahkan memberontak.
Target anak-anak belajar: anak suka belajar. Anak bisa berhitung, membaca, itu bonus.
Tips:
1. Menciptakan kebiasaan belajar. Ortu menyiapkan lingkungan kondusif untuk anak belajar dengan merutinkan 1 waktu untuk belajar (misal 3 meniiit saja tiap hari), mematikan tv, meja+kursi yang rapi dan nyaman. Ide bisa dicari di buku, IG: #montessoridirumah atau #invitationtoplay. Tanamkan bahwa belajar itu fun.
2. Mengapa tak sabar saat mendidik anak? Mungkin ini terkait ekspektasi. Atau kita kurang kreatif mencari cara mengajari anak belajar. Ibu harus mau belajar juga mencari cara terbaik dalam mengajari anak.
3. Bolehkah anak ikut kursus kalau kita merasa tidak sanggup mengajari sendiri? Balet, robotik, dll. Boleh dengan syarat: kita ikut mendampingi, anak kita hepi dan mau. Jangan sampai anak dipaksa atau bad mood.
4. Jangan sampai anak overload, di luar batas kemampuannya.
Fasilitator: Ummu Balqis
1. Harus mengenal karakteristik anak:
a. setiap anak terlahir sebagai pribadi pembelajar: belajar melihat, belajar merangkak, dll mereka tidak pernah kapok dan menyerah belajar. Mereka suka mengeksplore sekitarnya dengan semua indra yang bisa digunakannya dan mencoba hal-hal baru di sekitarnya.
b. setiap anak suka bermain: bermain bola, berlari, bermain boneka. Bermain adalah wujud anak belajar.
c. rentang konsentrasi anak singkat (1 menit x usia)
d. fase golden age: perkembangan otak sangat pesat s.d. usia 3 tahun (75%) dan 8 tahun menjadi 90%
2. Tipe belajar anak:
a. Visual
Kekuatan:
1) lebih senang belajar dengan cara melihat (gambar, tabel, grafik, diagram, peta) dan peka terhadap warna-warna menarik.
2) Lebih senang mengekspresikan bahasa tubuh dan lebih mudah mengingat/belajar sandi.
3) Memiliki daya ingat tentang apa yang pernah dilihat.
4) Biasanya modis (matching color, mode) dan suka kalau dirinya terlihat rapi.
5) Suka memperhatikan gerakan tubuh atau ekspresi lawan bicaranya.
6) Lebih suka baca buku sendiri daripada dibacakan buku.
7) Mudah mengingat wajah orang walaupun lupa namanya, mudah mengingat tempat/arah
8) Kalau punya mainan, suka melihat manual book.
9) Sering membayangkan apa yang akan dilakukan dalam kepalanya.
10) Tidak mudah terganggu kebisingan, lebih panjang konsentrasinya
Kelemahan:
1) Susah memahami penjelasan tanpa gambar/bagan/diagram. Bantu ia merangkum catatatn menjadi menarik dilihat (gambar, warna, mindmap)
2) Terganggu konsentrasinya atas tampilan informan/buku/catatan yang kurang menarik.
b. Auditory
Kekuatan:
1) suka mendengarkan cerita, lagu, diskusi
2) lebih suka dibacakan cerita /dongeng, semakin intonasi kita naik turun dan variatif, dia semakin fokus
3) tidak mau membaca instruksi
4) kesulitan menangkap penjelasan dari gambar
5) suka bercerita, bernyanyi, berdiskusi
6) mengungkapkan perasaan melalui intonasi suara
7) mudah belajar bahasa asing melalui pendengaran
8) mengingat pembicaraan (janji2 orang tua wkwkwk)
9) belajar lebih baik bila orang tuanya mengulang-ulang pelajaran/bacaan Quran
10) mudah menghafalkan nama orang lain berdasarkan apa yang ia dengar
Kelemahan:
1) Tidak membaca dengan baik (umumnya membaca dengan pelan) -> dampingi /jadi sparing partner ketika menghafal di rumah
2) Susah mengingat apabila tidak melafalkan
3) Mudah terganggu keributan
4) Sulit membuat karangan -> bisa diminta bercerita verbal, kita rekam, lalu nanti ditulis hasil rekaman
c. Kinestetik
Kekuatan:
1) Lebih suka kegiatan fisik: olahraga, berlari, melompat, menari
2) Menyenangi sesuatu yang membuat tangannya aktif bergerak (sering menggerakkan pulpen, bermain lego)
3) Menyampaikan ekspresi melalui gerak tubuh (menendang, memukul)
4) Berkomunikasi sambil bergerak, menggunakan kalimat-kalimat real
5) Sangat aktif
6) Belajar sambil bergerak (berjalan, gerakan tangan dalam menghafal, menyentuh)
7) Senang eksplorasi di alam terbuka, aktivitas dan permainan fisik
8) Dapat mengikuti instruksi dengan baik
Kelemahan:
1) Cenderung sulit memahami bila tidak dipraktikkan
2) Membutuhkan alat bantu untuk memahami
3) Cenderung lemah dalam konsep teori
4) Cenderung mudah bosan dan frustasi bila belajar dalam kondisi duduk dalam waktu lama
5) Menggunakan jari telunjuk untuk menunjuk saat membaca
Perusak Fitrah Belajar Anak:
1. Fasilitator terlalu mengatur proses belajar anak sehingga daya kreativitas anak terhambat, atau fasilitator tidak mampu memfasilitasi
2. Fasilitator terlalu banyak menyuapi materi, anak dijejali dengan kesimpulan sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk eksplore kemampuan berpikirnya
3. Yang dipakai untuk memacu anak belajar adalah kompetisi (dibanding2kan) dan rasa takut (diancam)
4. Alat belajar (materi, buku) terlalu membosankan
Anak bukan penyambung obsesi kita. Anak yang tertekan oleh obsesi orang tua biasanya memiliki titik balik: bosan atau bahkan memberontak.
Target anak-anak belajar: anak suka belajar. Anak bisa berhitung, membaca, itu bonus.
Tips:
1. Menciptakan kebiasaan belajar. Ortu menyiapkan lingkungan kondusif untuk anak belajar dengan merutinkan 1 waktu untuk belajar (misal 3 meniiit saja tiap hari), mematikan tv, meja+kursi yang rapi dan nyaman. Ide bisa dicari di buku, IG: #montessoridirumah atau #invitationtoplay. Tanamkan bahwa belajar itu fun.
2. Mengapa tak sabar saat mendidik anak? Mungkin ini terkait ekspektasi. Atau kita kurang kreatif mencari cara mengajari anak belajar. Ibu harus mau belajar juga mencari cara terbaik dalam mengajari anak.
3. Bolehkah anak ikut kursus kalau kita merasa tidak sanggup mengajari sendiri? Balet, robotik, dll. Boleh dengan syarat: kita ikut mendampingi, anak kita hepi dan mau. Jangan sampai anak dipaksa atau bad mood.
4. Jangan sampai anak overload, di luar batas kemampuannya.
Fasilitator: Ummu Balqis
Comments
Post a Comment