Manusia Ini, Manusia Itu
Manusia.
Banyak jumlahnya. Banyak ragamnya. Banyak bentuknya. Banyak rupanya. Banyak budayanya. Banyak bahasanya. Banyak karakternya. Banyak sifatnya.
Manusia ini, berbeda dengan manusia itu. Bahkan dua manusia serahim dengan titel kembar identik pun punya perbedaan. Fisik, mental, karakter. Semua bisa berbeda.
Kesukaan tiap-tiap manusia bisa berbeda. Warna, hobi, selera makanan, gaya berpakaian, semua memiliki porsi masing-masing untuk tiap-tiap manusia.
Ada yang suka warna gelap, karena gelap itu meneduhkan.
Ada yang suka warna lembut, karena lembut itu menenangkan.
Ada yang suka warna cerah, karena cerah itu menceriakan.
Ada yang senang berbicara.
Ada yang senang mendengarkan.
Ada yang tidak senang bicara dan tidak senang mendengarkan.
Ada yang tidak senang bicara dan tidak senang mendengarkan.
Ada A dan B. Bagi A, komentar atas pakaiannya serupa kejelekan baginya. Bagi B, komentar atas pakaiannya itu serupa perhatian baginya. A jarang mengomentari pakaian B karena takut B tersinggung dengan ucapannya. B sering mengomentari pakaian A karena B ingin menunjukkan perhatiannya. Susah ya?
Ada A dan B. A punya selera makan yang rendah. Hampir semua makanan bisa ia makan. Tidak pernah punya keinginan khusus tentang menu/rasa/aroma/penampilan makanannya. B punya selera makan yang tinggi. Tidak semua makanan bisa ia makan. Memilih-milih makanan karena rasa/aroma/bentuk/penampilan. A bilang B ribet. B bilang A rakus. Susah ya?
Kompromi.
Manusia ini dan manusia itu harus berkompromi.
Apalagi utnuk manusia-manusia yang akan tiap hari bertemu dan berinteraksi.
Kompromi.
Saling mengalah tanpa merasa terkalahkan.
Saling mengingatkan tanpa merasa tervoniskan.
Bersadar diri.
Karena saingan terberat manusia ini bukanlah manusia itu.
Karena saingan terberat manusia ini bukanlah manusia itu.
Saingan terberat manusia ini adalah dirinya sendiri.
Harus terus memperbaiki diri dari hari ke hari.
Comments
Post a Comment