Family Project - Aliran Rasa
Tugas di level ketiga kelas Bunda Sayang IIP adalah untuk melakukan family project. Dalam family project ini, diharapkan seluruh anggota keluarga dapat ikut serta dengan pembagian peran sesuai kemampuan masing-masing.
Family Project keluarga keci kami sangatlah jauh dari sempurna. Dalam rentang 10 hari (atau lebih), kami melakukan 3 proyek keluarga: mencari kontrakan, pulang kampung tanpa ayah, dan menaikkan BB Nabil. Secara teori, seharusnya semua anggota keluarga punya tugas masing-masing. Tapi, pemberian tugas ini bertepatan dengan agenda pulang kampung saya dan Nabil tanpa ayahnya. Jadi, pembagian tugas kami lakukan berdasarkan lokasi saja.
Tugas mencari kontrakan dilakukan oleh ayah yang stand by di Tangsel. Pada awalnya, saya bertugas mengontak ibu kontrakan. Tapi demi efisiensi, kontak dengan beliau dilanjutkan oleh ayah. Karena ayah yang langsung meninjau lokasi dan bertemu dengan beliau. Dalam proyek ini, ibuk Nabil kebagian tugas sponsorship utama. Hehe. Moga-moga jadi sedekah yaa. Proyek ini bisa dibilang berhasil karena kami mendapatkan kontrakan dengan lokasi yang dekat dengan kantor saya (5 km) dan kantor ayah (3 km), budget sesuai (20 jt), dan fisiknya memadai (bangunan 1 lantai). Boleh dikasih nilai 8 lah yaa.
Untuk proyek kedua, pulang kampung tanpa ayah, ayah bertugas mensupport dan ticketing, bahkan mengantarkan sampai bandara. Ibuk sebagai penanggung jawab sekaligus eksekutor. Walaupun Nabil sempat cranky waktu pesawat akan lepas landas, bisa dibilang proyek ini cukup berhasil dengan nilai 7 lah..
Nah, proyek ke-3 ini tampaknya akan menjadi proyek berkelanjutan, mungkin nanti akan diubah dengan stabilisasi BB-TB Nabil :p Setelah 2 minggu lebih di rumah eyang, jadi ketauan pola makan yang lagi dia inginkan. Ini menurut ibuknya yaa:
![]() |
We are excellent, team!! |
Family Project keluarga keci kami sangatlah jauh dari sempurna. Dalam rentang 10 hari (atau lebih), kami melakukan 3 proyek keluarga: mencari kontrakan, pulang kampung tanpa ayah, dan menaikkan BB Nabil. Secara teori, seharusnya semua anggota keluarga punya tugas masing-masing. Tapi, pemberian tugas ini bertepatan dengan agenda pulang kampung saya dan Nabil tanpa ayahnya. Jadi, pembagian tugas kami lakukan berdasarkan lokasi saja.
Tugas mencari kontrakan dilakukan oleh ayah yang stand by di Tangsel. Pada awalnya, saya bertugas mengontak ibu kontrakan. Tapi demi efisiensi, kontak dengan beliau dilanjutkan oleh ayah. Karena ayah yang langsung meninjau lokasi dan bertemu dengan beliau. Dalam proyek ini, ibuk Nabil kebagian tugas sponsorship utama. Hehe. Moga-moga jadi sedekah yaa. Proyek ini bisa dibilang berhasil karena kami mendapatkan kontrakan dengan lokasi yang dekat dengan kantor saya (5 km) dan kantor ayah (3 km), budget sesuai (20 jt), dan fisiknya memadai (bangunan 1 lantai). Boleh dikasih nilai 8 lah yaa.
Untuk proyek kedua, pulang kampung tanpa ayah, ayah bertugas mensupport dan ticketing, bahkan mengantarkan sampai bandara. Ibuk sebagai penanggung jawab sekaligus eksekutor. Walaupun Nabil sempat cranky waktu pesawat akan lepas landas, bisa dibilang proyek ini cukup berhasil dengan nilai 7 lah..
Nah, proyek ke-3 ini tampaknya akan menjadi proyek berkelanjutan, mungkin nanti akan diubah dengan stabilisasi BB-TB Nabil :p Setelah 2 minggu lebih di rumah eyang, jadi ketauan pola makan yang lagi dia inginkan. Ini menurut ibuknya yaa:
- Tidak mau dipaksa : Sifat ehm teguh pada pendirian ini tampaknya menurun dari emaknya. Dulu saya juga ngga bisa dipaksa soal makan. Kalau mau ya mau lahap-lahap, kalau ngga mau (ngga lapar) jangan harap saya mau buka mulut.
- Selera tradisional : cemilan Nabil selama di eyang terdiri dari wajik, jenang, rengginang, tempe goreng, tahu isi, dan kue-kue tradisional. Ibuk sempet masakin carbonara ditolaknya mentah-mentah (akhirnya mendarat di perut emak). Telur rebus dia mau, terutama bagian putihnya. Kuning telurnya dicampur ke nasi plus dikasih kuah (semur). Mie goreng dia mau juga. Rolade ayam
berMSGdia doyan. Ohya, nasi goreng dia suka! - Siapkan aneka cemilan di tempat yang mudah dia jangkau. Kalau pagi dan sore, dia biasanya masih bisa disuapi. Kalau siang agaknya dia malas makan. Maunya ngemil-ngemil apa yang ada di meja.
- Sehari minum susu tinggi kalori paling ngga 2 x 100 ml dengan 2 sendok susu. Jadi ceritanya waktu dia pertama ke sini, itu lagi proses memperkenalkan susu rasa vanila ke dia. Biasanya dia minum UHT plain, sekarang beralih ke Nutrini Drink. Awalnya agak susah karena susu ini manis dan aromanya harum. Lama-lama dia mau, tapi sekali minum ya paling banyak setengah gelas. Itupun harus dikasih pertunjukan "menuang air dispenser ke gelas" biar dia tertarik. Nah, pas Nutrini Drinknya habis, saya coba ganti Nutren Junior. Owalah malah ga mau sama sekali. Pas saya cobain emang rasanya agak eneg. Triknya adalah menuang corn flakes ke susu. Jadi minum susu plus serealnya disendokin gitu. Eyang menyarankan agar ibuk beli Nutrini Drink lagi, terus nanti ngasihinnya dicampur. Oke nanti dipraktikkan.
- Alihkan perhatiannya. Ini sebenernya tips paling ngaco ya. Kan teorinya kalau nyuapi anak harus berhadap-hadapan. Mungkin agar anak tahu klau itu waktunya makan. Tapi praktiknya, anak diajak jalan/nonton, trus ditunjukin objek apa yang agak tinggi (pohon, burung, cicak) biar dia mendongak, mangap, dan slepp meluncurlah jemari mamak nyuapin makanan ke mulut mungil Bil Abil.
Waktu kami berangkat, BB Nabil ada di kisaran 8,5 kg. Super kecil untuk anak di usianya, sampe-sampe BB saat itu udah ga masuk di area kurva T.T Sekarang belum ditimbang lagi sih BB-nya berapa. Yang jelas perutnya udah buncit, nenennya montok, pahanya ada empuk-empuknya, kalau digendomg pun berasa beratt. Jadi penasaran pengen tau BB-nya berapa :). Proyek ini saya beri nilai 7,5 deh. Karena perjalanan masih panjang, kudu dimonitor paling ngga 1 bulan sekali. Nanti kalau BB Nabil stabil di garis ideal, pola makannya udah teratur atau bahkan bisa BLW, wuhh nilainya langsung jadi 9,9 dehhh.
#aliranrasa
#myfamilymyteam
Comments
Post a Comment