Family Project - Day 5 - "Pulang Kampung Tanpa Ayah"

So this is the moment of truth! Hari ini, Selasa 15 Agustus 2017 menjadi penerbangan pertama Nabil dan ibuk tanpa ayah. Bagaimana ceritanya?

Kami berangkat pagi-pagi sekali menuju bandara Soetta. Selain mengejar flight pukul 07.20, kami juga berusaha berangkat pagi agar ayah punya waktu yang cukup untuk mengantar kami baru kemudian berangkat ke kantor. Salahnya saya adalah saya malah memesan penerbangan dari Cengkareng, bukan dari Halim karena menurut saya lokasi ke Cengkareng lebih dekat. Memang lebih dekat, tapi ngga signifikan. Ceger-Cengkareng 33,7 km, sedangkan Ceger-Halim 30,1 km. Ha! Tau gitu naik yang dari Halim ya Yah.

Pemilihan bandara keberangkatan rupanya berpengaruh juga ke jadwal penerbangan. Tidak banyak penerbangan dari Cengkareng ke Semarang (at least tidak sebanyak dari Halim). Untuk maskapai Citilink, hanya tersedia 2 jadwal penerbangan, yaitu pagi pukul 07.20 dan sore pukul 16.15. Kami memilih jadwal pagi agar perjalanan dari Semarang ke Magelang bisa lebih fleksibel.

Proses check-in lancar karena sudah sempat web check in oleh ayah 2 hari sebelum berangkat. Barang yang masuk bagasi hanya 2, yaitu koper besar berisi baju Nabil dan saya, lalu 1 tas lagi milik embak. Setelah check in, kami keluar dulu untuk berpamitan dengan ayah. Kami sudah sounding beberapa hari sebelumnya kalau pulang kali ini hanya ibuk, Nabil, dan embak, tanpa ayah. Tapi ya, saya aja ada perasaan berdesir waktu pamit dengan ayahnya. Nabil pun sepertinya begitu. Dia sempat menangis sebentar tetapi bisa langsung teralihkan perhatiannya waktu kami masuk ke bandara.

Waktu kami melalui security check in terakhir, terjadi insiden kecil. Saya memegang 2 boarding pass milik saya dan Nabil untuk discan di mesin. Embak memegang boarding pass miliknya. Salahnya saya (lagi), saya masuk duluan dan embak berdiri di belakang. Jadi entah apa yang salah, waktu dia scan boarding passnya, gate tidak mau terbuka. Sampai diulang-ulang beberapa kali. Saya pun bingung menjelaskan dan akhirnya minta tolong kepada petugas bandara. Haduh tambah grogi deh kami sebelum masuk pesawat.

Saat web check in, ayah memilihkan seat nomor 9, 2 baris di depan pintu darurat di atas sayap pesawat. Bawaan yang masuk kabin ada 3: tas selempang kecil embak, goody bag isi mainan Nabil, dan 1 ransel isi perlengkapan Nabil. Semua kami taruh di bawah kursi seperti permintaan embak pramugari.

Drama terjadi saat mau take off di mana semua penumpang diminta memasang sabuk pengaman. Saya sudah diberi sabuk pengaman tambahan dan pelampung untuk bayi. Pramugari menanyakan, aapakah saya mau pakai sabuk pengaman atau dengan gendongan saja (model ergo sepertinya cukup aman untuk "mengikat" bayi dengan ibunya). Saya pilih ergo karena saya pikir itu lebih nyaman untuk Nabil. Eng ing eng lagi-lagi saya salah. Dia tidak mau "diikat" dengan ergo, baik hadap depan maupun hadap dalam. Nabil menangis sejadi-jadinya menyaingi pengumuman standar keselammatan pesawat oleh pramugari >.< Sampe ga enak yaa karena nangisnya Nabil kan ala pemimppin upacara, kuenceng banget. Solusinya? Ergo dilepas, dia ga diiket sama sekali cuma dipangku sepanjang perjalanan. Waktu take off dan landing dia cuma saya dekap erat sambil banyak-banyak doa >.<

Sebetulnya selama perjalanan tidak ada drama yaa. Ya wajar kalau ada bosennya. Dan dia kan mister kepo banget nih. Maunya berdiri liat jendela. Hadap belakang. Berdiri liat depan. Towel-towel penumpang di depan. Duduk sendiri. Berdiri di bawah (tempat kaki). Ahya, ada sih tingkahnya yang lain: tendang-tendang kursi di depannya. Saya berusaha mengalihkan fungsi kakinya denan menyanyi kalau kau suka hati tepuk kaki atau lagu-lagu lainnya sambil memegang dan menggerak-gerakkan kakinya. Tetep mis beberapa kali yaa, dia tendang-tendang kursi di depan. Untungnya ibu di depan baik, ga protes. Ga kaya ibu di belakang yang komen waktu Nabil cranky waktu mau take off "Harusnya bisa disiapin lah. Dikasih susu dulu, bla bla bla.." Duhhh... Satu lagi, Nabil ga mau pake alas kaki dalam bentuk apapun, kaos kaki atopun sepatu dia lepas-lepas -.- Dan waktu sudah hampir landing, dia mulai bosan, buku, lagu, makanan tak mempan, akhirnya emak ambil senjata pamungkas: video yutup yang udah didonlot :/ untung HP ga dirazia pramugari Bil, ntar dikiranya mak nyalain sinyal lagi :/

Lalu apakah proyek ini dinyatakan berhasil? Kalau pakai penilaian "penerbangan tanpa drama", berarti proyek ini tidak mencapai target. Tapi well karena kami semua sampai dengan sehat selamat, kami anggap proyek ini mencapai batas tuntas lah yaa wkwkwk. Alhamdulillaah. Selamat berlibuuuurrrr (dan menjalankan proyek 3!).

#level3
#day5
#myfamilymyteam
#kelasbunsayiip


Comments

Popular posts from this blog

Kelas Finansial: Kesan Pertama

#NHW1: Belajar di Universitas Kehidupan

Bintang di antara Bintang - Hari 3