Family Project - Day 8

Alhamdulillaah sudah hari ke-8. Tak terasaaa lewat depan rumahmuu #kriiik

Hari ini masih tetap melanjutkan proyek #1 dan #3, mencari kontrakan dan menaikkan BB Nabil.

Proses mencari kontrakan menurut saya insyaAllaah hampir selesai. Seperti saya post sebelumnya, saya dan suami sudah mantap dengan lokasi di Johar Baru. Tadi ayah juga udah nelpon Bu Ida (me too, later) si ibu pemilik kontrakan. Udah nawar harganya :p Terus minta dicat ulang segala macem. Si ibuk kekeuh ga bisa turunin. Kalopun jadi 19,5, blio ga bakal ngecat ulang rumahnya wkwkwkk. Si ibuk minta ketemu ayah Nabil dulu sebelum deal. InsyaaAllaah Senin mereka mau ketemuan. Bismillaah moga-moga jadi jodoh yang baik <3

Dan hari ini masih struggle dengan upaya BB Boosting Nabil. Jadi ceritanya pagi ini eyang-eyangnya Nabil pergi ke pengajian. Jadi di rumah cuma ada saya dan Nabil. Bangun pukul 05.30, main sebentar, saya siapkan air mandi, lalu sekitar jam 7 kurang saya siapkan sarapan. Menu pagi ini saur kacang merah masih hasil karya eyang uti. Saya gendong pakai kain ke rumah tetangga yang memelihara ayam. Dia mau mangap 1 kali, dilepeh, dan selesai. Mingkem rapet bangettt. Jadinya pagi itu saya malah kasih makan ayam demi merayu dia buka mulut.

Kami pulang, saya ambil nasi plus sayur, kali ini ditambah abon sapi kesukaan dia. Saya coba ajak dia makan di dalam rumah. Ternyata yang masuk cuma abonnya dia tabur-tabur sambil ada yang disuap dikit-dikit. Saya gendong lagi, kali ini kami pergi ke rumah tetangga yang punya kolam ikan (hehee tempat eyang banyak tempat "wisata" gratis ya Bil). Sampai di sana ternyata masih mingkem. Udah tabur-tabur makanan ke ikan, udah muterin 3 kolam, huhuuu gagal ciiin. Akhirnya balik lagi rumah eyang, saya bikinin susu. Hasilnya? 0. Ngga tersentuh sama sekali. Marah kah saya? Iya. Marah. Saya tinggal ke kamar, dia nangis kenceng bangetttttt. Sampe ada tetangga yang nyamperin. Dan waktu disamperin, saya juga lagi nangis. KESEL. Kenapa hari ini gagal lagi? 

Alhamdulillaah siangnya terbayar dengan dia mau makan telur rebus habis setengah butir walopun kuning telurnya ditolak mateng-mateng (bukan mentah-mentah yaa). Dan mie goreng buatan eyang berhasil ditelan 3 suap. Sorenya dia ngemil wajik. Habis 2 potong :3 Minum susu 2 batch, walopun takaran susunya agak diencerin karena dia terbiasa rasa UHT plain dan ASI yang (mungkin) tiada rasa. Hiks, segini juga udah alhamdulillaah.

Jadi, sampai di hari ke-8 ini, nafsu makan Nabil masih naik turun. Makan, maunya disuap pakai tangan dia sendiri. Protein hewani yang berhasil masuk adalah abon sapi dan telur rebus. Cemilan kesukaan adalah sebangsa makanan tradisional: jentik manis, kue lumpur, wajik, rengginang, ubi dan jagung rebus, dll. Dia mau minum susu asalkan dia lihat proses pembuatan susunya: diambil dari toples susu, dituang ke gelas, diseduh air dispenser (yang kadang direcoki sambil cuci tangan), lalu diaduk. Biasanya dia mau apalagi kalau dirayu "main air" waktu menyeduh susu pakai air dispenser :D

Yang jadi notes hari ini adalah, bahwa ternyata eyang utinya ikutan baper kalau Nabil ga mau makan. Tadi sempet nyeletuk "Apa masakannya ngga enak ya?" T.T

Notes kedua, tadi sempat cerita-cerita dengan ibu-ibu senior di sini. Ternyata buanyak yang anaknya juga ngasih PR urusan makan. Dan yang bikin sedih (menurut cerita mereka) adalah komentar orang sekitar. 
Kok anaknya kurus? 
Susah makan ya?
Coba ganti menu.
Padahal ibunya gendut yaa.
(Kalo yang terakhir ini parah banget dah).
Yah gitu. Kadang orang ingin menunjukkan empati. Tapi dengan cara yang kurang pas. Atau hati si ibu yang memang sedang ngga karuan gegara GTM, jadi dengar komentar netral pun berasa dihakimi. Anyway, ini jadi pengingat agar saya pun menjaga ucapan. Ibu-ibu itu sensi ciiin. Apalagi ibu-ibu yang kurang tidur akibat anaknya minta nenen semaleman karena siangnya ngga mau makan (lhoh, kok curhat :D). 

#level3
#day8
#myfamilymyteam
#kelasbunsayiip

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Finansial: Kesan Pertama

Setelah membaca sebuah buku tentang pengaturan finansial, saya sedikit tertarik melakukan manajemen keuangan. Sebetulnya sudah agak lama saya mengunduh aplikasi pencatatan keuangan, budgeting pun sudah pernah dilakukan di awal tahun, target tahunan juga sudah diset, tapi kok ya semua bablas saja tidak pernah terpakai sebagaimana mestinya. Maka ketika ada teman membagikan informasi Kelas Finansial pengelolaan keuangan keluarga, saya tertarik untuk mengikutinya. Membaca testimoni-testimoni peserta membuat saya penasaran. Apalagi biaya kelas hanya Rp25.000 saja untuk waktu belajar kurang lebih 2 minggu, sudah tentu membuat saya semakin semangat daftar. Nothing to lose. 25 ribu saja.  Dengan nominal itu sebetulnya saya ngga berharap banyak. Tapi sewaktu saya mengikuti materi pertama, BOOM. Materinya disusun dengan sangat runtut dan relatable banget! Bener-bener ditulis dari sudut pandang sesama ibu.  Selain tentang materi yang menurutku so far super good dan daging banget, di grup...
Read more

#NHW1: Belajar di Universitas Kehidupan

Judulnya klise banget ya. Tapi nyatanya, dalam setiap fase kehidupan sering ada kejutan-kejutan. Kejutan yang membahagiakan, maupun kejutan yang menyakitkan. Kejutan yang melegakan, juga kejutan yang menambah beban pikiran. Semakin jauh kita mengayunkan kaki kita dalam kehidupan, semakin menanjak jalur yang kita daki, semakin muncul banyak pertanyaan dan ketidaktahuan: mengapa begini, mengapa begitu? Mengapa aku, mengapa bukan kamu?  Well, kembali kepada fitrahnya. Kita hanyalah hamba. Hamba yang menjalani kehidupan dalam genggaman kuasa Sang Pencipta. Maka jalan yang ditempuh tidak melulu sesuai keinginan kita. Bagaimana harus menyikapinya? Maka dari hari ke hari, jadilah diri yang lebih baik lagi dengan belajar, belajar, dan belajar. Belajar tidak melulu tentang hukum Newton atau debit kredit akuntansi. Lebih dari itu, belajar tentang bagaimana menemukan jati diri, bagaimana akhir kehidupan kita di dunia ini. Menurut pribadi saya sendiri, ilmu yang selalu relevan de...
Read more

Bintang di antara Bintang - Hari 3

Setelah beberapa kali ketiduran waktu ngelonin Nabil, sepertinya saya putuskan fixed kudu nulis blog pagi hari aja waktu di kantor masih senggang. Di tantangan hari ke-5 ini, saya baru mau bikin tulisan hari ke-3 uhuhu padahal targetnya pengen dapet badge Outstanding Performance. Sebenernya bukan karena badgenya, tapi pengen nulis blog tiap malem setelah nemenin Nabil selama 15 hari berturut-turut untuk menantang diri agar ngga tidur waktu ngelonin. Jadi, saya punya me time untuk ngerjain tugas sekaligus olahraga. Ya, olahraga. Resolusi 2018 adalah punya berat badan ideal 48 kg biar suamik makin sayang dan cintah. Biar ngga ditanyain "kamu hamil ya?" muluk setiap dia ngeliat perut ambyar saya. Which means harus memangkas 7 kg dr tubuh ini yang semakin mekarrr sejak masuk kerja lagi. Well. Opening yang lebih cocok disebut sebagai curcol. Oke jadi kegiatan yang Nabil lakuin dengan mata berbinar-binar kemarin adalah main sepak bola. He really loves anything related to ball. ...
Read more