Hakikat Tawakal, Rizki, dan Kematian
Tawakkal
Pemahaman sebagian besar umat islam atas tawakkal, yaitu tawakkal diartikan:
1. murni terikat dg hukum sebab musabab
Menghilangkan unsur "hal2 yang menguasai manusia"
2. melepaskan diri dari hukum sebab musabab (jabariyah)
Menghilangkan unsur "hal2 yang dikuasai manusia"
Pasrah secara total kepada Allaah.
Tidak mau berusaha dan berikhtiar.
3. sebagai penyangga atas ikhtiar manusia
tawakkal adalah hasil aqidah yang benar
Tawakkal ada sebelum selama, dan sesuah ikhtiar
meliputi hal2 yang dikuasai dan menguasai manusia
"Ikatlah untamu dan bertawakkallah..."
Ada ikhtiar di situ, ada bagian yang dikuasai manusia.
Seharusnya tawakkal tidak hanya berdasarkan perhitungan manusia, ada kekuatan Allaah di sana
Jika manusia menginginkan Allaah sbg backingnya:
1. misi hidup selaras ketentuan Allaah --> hidup adalah perjalanan mengumpulkan bekal akhirat
2. terikat pd syariat Allaah
3. memperhitungkan sunnatullaah --> kalau mau berhasil harus usaha, mau pintar belajar, dll
Tawakkal: yakin bahwa Allaah menjadi backingnya. kalau Allaah sudah jadi backing, tidak ada yang akan ditakuti. Cukuplah Allaah menjadi penolong, dan Allaah adalah sebaik-baik pelindung (Ali Imran: 173)
Hakikat Rizki
Banyak yang memahami rizki itu sepenuhnya hasil dari kerja keras dan usaha sendiri
Secara bahasa: rizki --> razaqa --> pemberian
Pemberian ini tidak Allaah berikan secara langsung, melainkan harus kita ambil.
(rizki di tangan Allah, tapi kalau ngga diambil ya tetap di tangan Allah).
Cara mengambil rizki ada yang halal ada yang haram.
Seluruh perbuatan manusia ada hukum syariatnya.
rizki tidak sama dengan kepemilikan
2 aspek rizki:
1. al haal: kondisi yang dapat mendatangkan rizki; bersifat tidak pasti; wilayah yang diusahakan manusia; dapat diindera oleh manusia dan akal
2. al asbab: kausalitas atau sebab yang mendatangkan rizki, bersifat pasti; ghaib (tidak dapat diindera oleh akal)
Sebab datangnya rizki (al asbab) hanya 1, yaitu Allaah --> ada dalil2nya dalam Al Quran bahwa semua rizki sebab datangnya/sumbernya adalah dari Allaah. Sebab datangnya rizki bukan di wilayah yang dikuasai manusia. Allaah-lah yang memberi rizki. Bukan usaha atau kerja keras kita yang mendatangkan rizki pada kita. Allaahu razaqakum, Dia-lah Ar Razaaq.
Bagaimana kaitan antara rizki dan tawakkal?
1. Yakin bahwa Allaah adalah 1-1nya Ar Razaaq. Dia adalah al asbab yang mendatangkan rizki kepada kita.
2. Tugas manusia adalah mengusahakan al haal (kondisi yang mendatangkan rizki).
3. Usaha kita harus dilakukan sesuai syariat Allaah sebagai Sang Pemberi Rizki (dengan cara yang halal sehingga sah menjadi milik kita dan kita boleh menggunakannya sesuai kewajiban dan kebutuhan kita).
Allaah tidak memberikan kekurangan. Allaah memberikan kekayaan dan kecukupan (bukan kekurangan). Kalau hari ini kita masih hidup, maka pasti Allaah akan memenuhi rizki kita.
Hakikat Kematian
Kematian juga harus dilihat dari kacamata aqidah.
Sebab kematian bukanlah dari penyakit, karena banyak juga yang meninggal tanpa penyakit tertentu.
2 aspek kematian:
1. al haal: keadaan/kondisi yang dapat mengantarkan kepada kematian; bersifat tidak pasti; wilayah yang diusahakan manusia; dapat diindera oleh manusia dan akal
2. al asbab: kausalitas atau sebab yang mengantar kepada kematian, bersifat pasti; ghaib (tidak dapat diindera oleh akal)
Sebab datangnya kematian adalah ajal: waktu yang sudah Allaah tetapkan --> ajal berasal dari Allaah
Sikap yang benar:
1. Ajal datang dr Allaah (qadha), tidak utk dipikirkan melainkan utk diimani dan diterima.
2. Hal yg menghantarkan pd kematian, ada pd kendali kita, itulah yg kita usahakan. Inilah hal yang akan dihisab oleh Allaah, misal meninggal dalam kondisi berbuat maksiat.
3. Usahakan agar kita memiliki akhir yg baik (husnul khatimah)
4. Yakin bahwa orang yg kita tinggalkan setelah kita meninggal ada Allaah yang mengurusi. Sedangkan kita? Kalau sudah meninggal, kita sudah tidak punya kesempatan utk beramal atau bertaubat.
Pemahaman sebagian besar umat islam atas tawakkal, yaitu tawakkal diartikan:
1. murni terikat dg hukum sebab musabab
Menghilangkan unsur "hal2 yang menguasai manusia"
2. melepaskan diri dari hukum sebab musabab (jabariyah)
Menghilangkan unsur "hal2 yang dikuasai manusia"
Pasrah secara total kepada Allaah.
Tidak mau berusaha dan berikhtiar.
3. sebagai penyangga atas ikhtiar manusia
tawakkal adalah hasil aqidah yang benar
Tawakkal ada sebelum selama, dan sesuah ikhtiar
meliputi hal2 yang dikuasai dan menguasai manusia
"Ikatlah untamu dan bertawakkallah..."
Ada ikhtiar di situ, ada bagian yang dikuasai manusia.
Seharusnya tawakkal tidak hanya berdasarkan perhitungan manusia, ada kekuatan Allaah di sana
Jika manusia menginginkan Allaah sbg backingnya:
1. misi hidup selaras ketentuan Allaah --> hidup adalah perjalanan mengumpulkan bekal akhirat
2. terikat pd syariat Allaah
3. memperhitungkan sunnatullaah --> kalau mau berhasil harus usaha, mau pintar belajar, dll
Tawakkal: yakin bahwa Allaah menjadi backingnya. kalau Allaah sudah jadi backing, tidak ada yang akan ditakuti. Cukuplah Allaah menjadi penolong, dan Allaah adalah sebaik-baik pelindung (Ali Imran: 173)
Hakikat Rizki
Banyak yang memahami rizki itu sepenuhnya hasil dari kerja keras dan usaha sendiri
Secara bahasa: rizki --> razaqa --> pemberian
Pemberian ini tidak Allaah berikan secara langsung, melainkan harus kita ambil.
(rizki di tangan Allah, tapi kalau ngga diambil ya tetap di tangan Allah).
Cara mengambil rizki ada yang halal ada yang haram.
Seluruh perbuatan manusia ada hukum syariatnya.
rizki tidak sama dengan kepemilikan
2 aspek rizki:
1. al haal: kondisi yang dapat mendatangkan rizki; bersifat tidak pasti; wilayah yang diusahakan manusia; dapat diindera oleh manusia dan akal
2. al asbab: kausalitas atau sebab yang mendatangkan rizki, bersifat pasti; ghaib (tidak dapat diindera oleh akal)
Sebab datangnya rizki (al asbab) hanya 1, yaitu Allaah --> ada dalil2nya dalam Al Quran bahwa semua rizki sebab datangnya/sumbernya adalah dari Allaah. Sebab datangnya rizki bukan di wilayah yang dikuasai manusia. Allaah-lah yang memberi rizki. Bukan usaha atau kerja keras kita yang mendatangkan rizki pada kita. Allaahu razaqakum, Dia-lah Ar Razaaq.
Bagaimana kaitan antara rizki dan tawakkal?
1. Yakin bahwa Allaah adalah 1-1nya Ar Razaaq. Dia adalah al asbab yang mendatangkan rizki kepada kita.
2. Tugas manusia adalah mengusahakan al haal (kondisi yang mendatangkan rizki).
3. Usaha kita harus dilakukan sesuai syariat Allaah sebagai Sang Pemberi Rizki (dengan cara yang halal sehingga sah menjadi milik kita dan kita boleh menggunakannya sesuai kewajiban dan kebutuhan kita).
Allaah tidak memberikan kekurangan. Allaah memberikan kekayaan dan kecukupan (bukan kekurangan). Kalau hari ini kita masih hidup, maka pasti Allaah akan memenuhi rizki kita.
Hakikat Kematian
Kematian juga harus dilihat dari kacamata aqidah.
Sebab kematian bukanlah dari penyakit, karena banyak juga yang meninggal tanpa penyakit tertentu.
2 aspek kematian:
1. al haal: keadaan/kondisi yang dapat mengantarkan kepada kematian; bersifat tidak pasti; wilayah yang diusahakan manusia; dapat diindera oleh manusia dan akal
2. al asbab: kausalitas atau sebab yang mengantar kepada kematian, bersifat pasti; ghaib (tidak dapat diindera oleh akal)
Sebab datangnya kematian adalah ajal: waktu yang sudah Allaah tetapkan --> ajal berasal dari Allaah
Sikap yang benar:
1. Ajal datang dr Allaah (qadha), tidak utk dipikirkan melainkan utk diimani dan diterima.
2. Hal yg menghantarkan pd kematian, ada pd kendali kita, itulah yg kita usahakan. Inilah hal yang akan dihisab oleh Allaah, misal meninggal dalam kondisi berbuat maksiat.
3. Usahakan agar kita memiliki akhir yg baik (husnul khatimah)
4. Yakin bahwa orang yg kita tinggalkan setelah kita meninggal ada Allaah yang mengurusi. Sedangkan kita? Kalau sudah meninggal, kita sudah tidak punya kesempatan utk beramal atau bertaubat.
Comments
Post a Comment