Resume Kulwhapp Parenting - Tanya Jawab Sabar Menghadapi Ananda#2

Pertanyaan 2:
Saya termasuk orang yg ngga sabaran dan emosian. Klo siang anak saya mintanya main terus, tidur palingan 30menit x 3, itupun full ngempeng nen saya. Jadi saya susah mengerjakan perkerjaan rumah. Malamnya anak pasti rewel karna kecapean main pas siang (ngrangkak kesana sini, titah, ngambil2in barang2). Jd klo malem kadang saya bentak2 dia, saya diemin sampe dia nangis kejer karna saya udh cape dan ngantuk bngt. Saya ngurusin anak sendiri tanpa bantuam ibu atau mertua jd bner2 kurang ilmu. Mhn dibantu share ilmunya biar sabar sama anak yg msh kecil gini.

Jawaban:
▶ salam kenal bunda Nurani. Saya ingin fokus pada kalimat "Jd klo malem kadang saya bentak2 dia". Mirip jg dg bbrp pertanyaan lain yg sering ditanyakan kepada saya.

Ada sebuah penelitian yg dilakukan oleh Lise Gliot. Suatu hari anaknya yang masih bayi sedang disusui oleh sang bunda. Di kepala ananda dipasang kabel2 yg terhubung di komputer untuk melihat apa yg terjadi dengan otaknya. Saat disusui, neuron2 saling bersambungan membentuk sinapsis. Saat itu sang ayah mencoba membentak ananda untuk melihat apa yg terjadi dg otaknya. Bunda tahu apa yg terjadi?

Sinaps2 tadi mengembang seperti balon dan akhirnya putus ! Memang kenapa kalau putus? Sinaps itu tempat menyimpan memori.

Jd saat bunda mengajarinya hal baik, akan tersimpan di sini. Ananda sekolah dapat bekal ilmu dr para guru, juga dalam rangka membangun sinaps

Ananda sore ikut TPA, juga dalam rangka membangun sinaps. Tapi dengan bentakan kita krn emosi yg sulit terkendali, sinaps2 ini bisa putus !

Logikanya seperti ini. Suami memberi bunda gaji sekian rupiah. Bunda tdk belanjakan sedikitpun, dan hanya disimpan. Begitu terus selama 1 tahun. Misal sebulan 3 juta, maka 1 thn terkumpul 36 juta. Begitu sdh terkumpul 1 tahun, bunda bakar semua hasil jerih payah suami ini. Rasanya gimana? Pasti nyesek ya. Nelongso. Padahal itu uang yg notabene bs dicari lagi.

Bgmn kalau sinaps2 itu yg putus? Susah payah kita dan guru2nya didik agar jd insan yg baik, kmdn hanya dg 1 bentakan, bermilyar2 sinaps itu bs putus. Kalau ingat begini, insyaallah kita tdk akan "berani" membentak ananda lagi.

Maka bs dibilang kenapa kok ada anak yg susah ngerti atau menangkap sesuatu, bs jd krn memang telah terjadi sesuatu di otaknya. Bs jd banyak sinaps yg putus spt paparan di atas.

Dan ada berita mengejutkan lagi saat saya belajar pengasuhan berbasis otak (neuroparenting) pd dr.amir zuhdi. Anak bisa kecanduan omelan orang tua lho 😱

Kenapa bs sampai kecanduan? Apa yg terjadi pada tubuh atau otak ananda sampai ada yg kecanduan omelan? Krn ada bbrp ortu yg mengeluhkan ananda, tiap hari adaaaa aja yg bikin ortu ngomel. Kayak gak bisa libur sehari aja buat mama ndak ngomel.

Kata Dr Amir Zuhdi, Otak itu punya mekanisme "proses kenyamanan". Contoh bila kita melakukan sesuatu yang salah ketika kita lakulan pertama kali pasti merasa bersalah. Tapi kalau udah berkali-kali , perasaan bersalah akan berkurang. Karena otak emosi (amygdala) melakukan rasionalisasi. Jadinya kita bisa menikmati hal yang salah tapi seakan-akan benar.

Nah, stop pukul dan bentak2 ananda ya ayah bunda..

Teringat kejadian bbrp tahun hari lalu saat saya mengantar 2 krucil untuk makan siang di salah satu resto fast food di bilangan Mulyosari Surabaya.

Seperti biasa, setelah pesan makanan, kami langsung naek ke lt 2 dan menuju ruang kaca dimana ada arena bermain anak. Tidak ada org lain disana kecuali 2 orang ibu muda yg sudah lebih dulu berada di ruangan bersama putranya masing2 yg masih berseragam sekolah (paud).

Yg menggelitik saat 2 ibu ini berbicara. Suaranya keraaaasss sekali. Apalagi saat tertawa. Semula saya pikir ah mungkin lg terbawa suasana emak2 me time (meski bawa anak). Paling kerasnya juga sebentar aja. Tapi ternyata makin lama makin keras dan saya mulai terganggu. Bahkan 2 krucil berbisik kepada saya : aduh bunda, berisik sekali ! Padahal juarang banget 2 krucil begini. Biasanya oke2 aja meski ada org lain bersuara keras. Mungkin karena bisingnya keterlaluan ya.
Saya hanya sampaikan agar mereka sabar dan tutup telinga aja kalau berisik.

Bbrp waktu kemudian 2 anak ibu muda ini terlibat permainan yg sepertinya sangat seru. Rame. Ketawa, teriak, menjerit dll.  Sontak gak pakai lama, salah satu dr ibu ini berdiri dan marah "sstt,, jangan rame, brisik ! Nanti ganggu yg lain ! "

Dalam hati saya hanya bilang, please deh bu, klo anak rame itu masih wajar. Namanya juga anak kecil. Padahal menurut saya si ibulah yg dari tadi suaranya sangat mengganggu. Dan yg lucu pas habis marahin anakny, eh adegan 2 ibu ini masih berulang. Berisik lagi, lagi dan lagi.

Entah kenapa saat itu saya tiba2 kepikiran nasehat lukman al hakim pada ananda.
Siapa sih lukman al hakim? Beliau bukan nabi, bukan pula rasul. Beliau hanya manusia biasa yg dalam sejarah digambarkan secara fisik berkulit hitam, berbibir tebal dan punya tangan yg kasar krn pekerjaannya.
Meskipun demikian nama dan pola parentingnya Allah abadikan dalam alquran.

Di surat lukman ayat 13 - 19, kalau kita mau gali sebenernya bs jd hikmah berharga & memberi gambaran kurikulum pendidikan pada ananda.
Diawali dengan menanamkan akidah sebelum ilmu yg lainnya. Lalu mengajarkan ibadah (sholat) dan disandingkan dg kata sabar seolah menjadi penegas bahwa memang kita sbg ortu hrs lbh sabar mengawal hal ini. Baru kemudian belajar akhlak.

Akhlak seperti apa? Di ayat ke 18 - 19 jelas digambarkan ada 3 akhlak yg dikawal sang ayah lukman kepada ananda.

Pertama akhlak bermuka manis. Gak pasang wajah jutek. Tidak menunjukkan wajah masam.

Kedua akhlak berjalan dengan santun. dalam tafsir ibnu katsir dipaparkan jangan terlalu lambat seperti org malas,  juga jangan terlalu cepat seperti org tergesa2. Apalagi sampe kalau org surabaya bilang "gedebugan".
Baru yg ketiga akhlak berbicara dg merendahkan suara.

Point terakhir inilah yg membuat pikiran saya melayang sejenak saat bertemu model ibu2 spt yg kami temui saat makan siang di sebuah resto cepat saji. Penting sekali mendidik diri kita, baru mendidik anak2 kita untuk merendahkan suara. Bersuara pelan, tdk keras apalagi sampai mengganggu org lain.

Allah tdk suka. Bahkan lebih jauh bs dibilang lebih dari itu, tercela dan disandingkan dengan suara keledai.

"Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Lukman: 19).

"Apabila kalian mendengar ayam jantan berkokok di waktu malam, maka mintalah anugrah kepada Allah, karena sesungguhnya ia melihat malaikat. Namun apabila engkau mendengar keledai meringkik di waktu malam, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguan syaithan, karena sesungguhnya ia telah melihat syaithan” (HR. Muslim no. 3303 dan Muslim no. 2729).

Jadi,,, yuk ayah bunda kita sama2 belajar merendahkan suara. Belajar menurunkan volume suara. Belajar mengatur nada suara. Tak perlu bicara keras-keras. Tak harus berteriak. Tak harus ada kesan membentak. Butuh proses memang, apalagi kalau sudah jadi habbit. Tapi bukankah menjadi baik itu memang butuh perjuangan? Dan pada akhirnya ananda jg akan belajar hal serupa dari kita, orang tuanya.

Yuk berproses sama2 ❤💪🏻

Pertanyaan Tambahan:
Bgmn caranya untuk memperbaiki neuron2 yg terputus itu bunda?? Mengingat saya jg pny putri usia 8thn, dl msh usia sktr 5thnn saya srg marah2 sm dia... Krn kebetulan adiknya lahir.. Duhhhhh.. jahat bgt saya saat itu.. skr saya ingin memperbaiki nya.. terimakasih atas jawabannya.. 🙏🙏
Apa yg sdh putus tdk bs disambung kembali. Apa lagi kalau sdh bertahun2. Lalu apa yg bs qt lakukan ?

Jawaban:
Pertama, minta maaf secara eksplisit kepada ananda. Mengapa ? Selain menjadi bentuk permohonan maaf, langkah ini jg untuk memperkecil peluang munculnya inner child negatif pd ananda saat ia jd orang tua nanti. Biar ia tahu bahwa ini salah dan tdk akan ia tiru.

Berikutnya kita berjanji untuk tdk.melakukan.kesalahan serupa dan berusaha membenahi pola asuh kita dg lbh baik


Jawaban ini disampaikan oleh Euis Kurniawati sebagai pendiri komunitas To Be WOW (To Be Wonderful Wife) pada grup WA Kuliah Parenting 28 Okt 2017.

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Finansial: Kesan Pertama

#NHW1: Belajar di Universitas Kehidupan

Bintang di antara Bintang - Hari 3